"WE Care About The Environment as Much as We Care About YOU"

Dewasa Itu Enak Tapi Susah Dijalanin (Ulasan Iklan Tri)

Share it Please

Versi #1
Kalo aku dah gede aku pengen kerja di multinational company
Aku mau kerja di gedung tinggi
Ngomong English tiap hari
Rambut klimis, sepatu mengkilat, kaya orang penting
Tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting
Jadi tukang fotocopy, bawain laptop, beres-beres kertas
Gak masalah kerja 15 jam sehari
Tidur cuma 5 jam sehari
Masalahnya gaji cuma tahan sampai tanggal 15
Untung di warteg bisa makan dulu bayar belakangan
Tapi sayang gak berlaku untuk beli pulsa
Jadi orang gede emang menyenangkan tapi susah dijalanin

Versi #2
Kalo aku dah gede aku mau jadi eksmud
Mau jadi bos
Hari-hari ngomong campur bahasa Inggris
Tiap Jumat pulang kantor nongkrong bareng sesama eksmud, ngomongin proyek besar biar kelihatan sukses
Suara digedein biar kedengeran cewek di meja sebelah
Kalo weekend sarapan di cafe sambil sibuk laptopan
Pesen kopi secangkir harga 40 ribuan
Minumnya pelan-pelan biar tahan sampai siang demi wifi gratis
Kalau tanggal tua pagi,siang,malem makannya mi instan
Kalau mau nelfon bisanya cuma missed call
Jadi orang gede emang menyenangkan tapi susah dijalanin
Pernah dengar kata-kata tersebut? Yap, itu adalah penggalan narasi sebuah iklan salah satu provider seluler di Indonesia, sebut saja Tri (bukan bermaksud promosi). Narasi tersebut disampaikan oleh beberapa anak kecil. Lucu? Iya. Unik? Iya. Kreatif? Ya namanya iklan harus kreatif. Namun yang patut dipertanyakan adalah benarkah dewasa itu seperti yang dibayangkan anak-anak kecil tersebut? Apakah rutinitas orang gede itu seperti yang dikatakan anak-anak dalam iklan tersebut? Is it truth or just imagination? Apa hal itu berlaku bagi semua orang dewasa atau hanya beberapa orang? Atau sebagian besar orang dewasa? Lalu sebenarnya dewasa itu yang seperti apa sih?


Kedewasaan Ekonomi
Menurut Hurlock (1999) dewasa atau dalam bahasa Inggris adult dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Sedangkan menurut Santrock (2002) masa dewasa adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Ada dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa dewasa, yaitu kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Yang paling dan sangat umum diketahui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap (Santrock, 2002).

Pengertian yang saya catut dari buku karangan E.B.Hurlock berjudul Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan ini menunjukkan gambaran kedewasaan secara ekonomi, secara materiil. Dan memang itu yang menjadi fokus bahasan saya berhubungan dengan narasi dalam iklan tadi. So, sampai sini saya katakan saja bahwa dewasa secara ekonomi itu adalah sudah memiliki pekerjaan dan pekerjaan itu bukan pekerjaan paruh waktu (part time job). Seperti yang diungkapkan dalam iklan tersebut : kerja di multinational company, kerja di gedung tinggi (baca : kantoran), eksekutif muda, atau bahkan jadi bos.


Rutinitas Orang Gede
Selanjutnya adalah tentang rutinitas orang dewasa (orang yang sudah bekerja). Dalam bayangan anak atau orang yang belum dewasa secara ekonomi mungkin menganggap bahwa orang gede itu enak, sudah bekerja, punya uang sendiri (dan banyak), penampilannya keren, disukai cewek-cewek (bagi yang cowok) atau cowok-cowok (bagi yang cewek), tidak ada lagi mata pelajaran-mata pelajaran yang bikin galau, tidak ada lagi PR atau tugas dari guru sekolah, tidak ada lagi ujian nasional dan tetek bengeknya. Is that true? Menurut saya realitanya justru seperti apa yang ada dalam iklan Tri itu.
Dandanan boleh klimis, sepatu boleh mengkilat, ngomong pakai bahasa Inggris (sok British). Tapi…ada tapinya. Tapi ya kadang cuma penampilan luarnya saja, di kantor kerjaannya tidak seeksekutif penampilannya.

Tiap pulang kantor nongkrong sama eksmud yang lain, kelihatan membahas proyek penting, tapi ya kadang kenyataannya nongkrong sesama eksmud cuma sebagai lifestyle saja, rutinitas yang dulu waktu sekolah tidak atau belum bisa dilakukan. Yang dibahas? Palingan masalah cewek, cowok, galaknya bos di kantor, gebetan baru di kantor.

Penampilan bolehlah kelihatan keren, mapan, enak, tapi kerjanya sampai 15 jam sehari. Berangkat pagi, pulang malam, tidur cuma 5 jam. Ya kalau gajinya cucuk (sesuai) gak masalah. Kadang karena kebijakan finansial perusahaan gajinya pas-pasan, tanggal 15 sudah menipis (kalau belum habis). Jadilah mi instan dan warteg sebagai jurus pamungkas bertahan hidup.

Kebutuhan on line (browsing, medsos, download, email, chatting, dll) tetap harus terpenuhi tapi tetap maksa kelihatan eksekutif dengan isi kantong pas-pasan, jadilah nongkrongnya di café-café yang harga secangkir kecil kopinya sama dengan harga 4 galon air mineral. Untuk apa? Wifi gratis.
So, sampai di sini saya masih percaya bahwa dewasa menurut iklan Tri itu adalah realita, bukan imajinasi semata. Walaupun ada sebagian (kecil) yang tidak demikian. Buktinya Mario Teguh masih saja laku. Kalau orang dewasa sudah benar-benar sukses semua, saya yakin omongannya Mario Teguh tentang jalan menuju keemasan tidak akan laku.

Dewasa Menurut Surya Narendra Nyasar Ways
Lalu sebenarnya dewasa itu yang seperti apa sih? Saya sendiri yang masih dalam proses belajar dewasa mendefinisikan dewasa sebagai berikut.

1. Psikis. Orang dewasa itu orang yang semakin berkurang pikiran dan sikap kekanak-kanakannya. Saya katakan berkurang sedikit demi sedikit karena bagaimanapun juga orang dewasa masih harus tetap menyisakan sisi kekanakannya. Untuk apa? Sebagai penawar rasa penat, pelebur stress. Orang dewasa harus bisa membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya. Orang dewasa harus bisa memilih mana yang baik untuknya. Life is from B to D, from Birth to Death. But what’s between B and D? It’s C. Life is a matter of Choices.

2. Penampilan Fisik. Orang dewasa adalah orang yang (sedikit-banyak) memperhatikan penampilan fisiknya (cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara dengan orang lain, cara menghadapi orang banyak, dll). Karena orang dewasa seharusnya sudah berpikir bagaimana penampilan (performance) itu menggambarkan kepribadiannya. Kalau kata orang Jawa ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana.

3. Kemandirian finansial. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup di bumi ini juga butuh materi (uang), walaupun mungkin yang utama bukan materi. Nah, orang dewasa adalah orang yang sudah bisa mencari atau menghasilkan sendiri materi yang digunakannya untuk bertahan hidup. Dia sudah tidak lagi menggantungkan hidupnya pada pemberian orang tua. Segala kebutuhan (paling tidak yang pokok) sudah bisa dia dapatkan dengan usahanya sendiri.

Untuk bisa disebut dewasa menurut saya harus terpenuhi ketiga definisi di atas, ketiganya saling berkaitan. Karena sekarang banyak anak SMA yang sudah punya penghasilan sendiri, tidak minta uang orang tua, tapi kadang masih galau berlebihan, alay berlebihan, hedonis berlebihan. Secara finansial memang sudah dewasa tapi secara psikis? I don’ think so. Ada juga yang secara fisik dan psikis sudah dewasa, bijaksana, pandai memotivasi diri sendiri bahkan orang lain, petuah-petuahnya sangat berguna, tapi masih bergantung pada uang saku pemberian orang tua. Itu juga menurut saya belum dewasa, justru terkesan sok tua. Ketiganya harus saling berjalan beriringan.

Jadi, bagaimana kriteria dewasa menurut anda?

Jadi orang gede emang susah dijalanin, tapi itulah enaknya jadi orang gede. Life is an adventure.


0

0 komentar:

Posting Komentar