Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Ya, apakah pengalaman bisa dibeli? Tidak, jika kita membelinya dengan uang. Karena, money can’t buy everything. Tetapi, apakah pengalaman memang bisa dibeli? Bisa, jika kita
membelinya dengan alat pembayaran yang tepat. Jika bukan dengan uang, dengan
apa membayarnya? Alat pembayaran itu bernama;’melakukan’ alias ‘mengajalaninya’
sendiri. Jika Anda pernah melakukan sesuatu, maka Anda bisa memiliki pengalaman
itu. Jika Anda menjalani suatu peristiwa, maka Anda menjadi berpengalaman
dengan peristiwa itu. Sesederhana itu. Sekalipun sederhana, tidak mudah untuk
membangun pengalaman yang bernilai tinggi. Karena pengalaman yang buruk,
berbeda dengan pengalaman yang baik. Dua orang yang sama-sama telah menjalani
sesuatu selama 10 tahun belum tentu memiliki keterampilan yang sama baiknya,
misalnya. Apa yang membedakan keduanya?
Dalam sebuah film documenter,
sekelompok gajah menjelajah padang tandus Afrika ditengah terik matahari musim
kemarau yang panjang. Mereka berpindah dari satu kolam kering ke kolam
berikutnya yang masih menyisakan genangan air. Suatu hari, pemimpin mereka
menghilang secara misterius, sehingga seluruh keluarga kebingungan. Pada
situasi sulit itu, tampillah gajah lainnya yang mengambil tanggungjawab
kepemimpinan. Waktu tempuh menuju sumber air itu pun menjadi semakin panjang
berkali-kali lipat. Meskipun gajah pengganti itu sama besarnya, namun pengalamannya
tidak sebanding dengan gajah pemimpin mereka. Sama persis seperti kehidupan
karir kita. Nama besar kita tidak berbanding lurus dengan ukuran badan, atau
lamanya kita berada pada situasi tertentu; melainkan dengan besarnya pengalaman
kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membesarkan pengalaman; saya
ajak untuk memulainya dengan memahami dan melakukan 5 prinsip Natural
Intelligence berikut ini:
1. Textbook hanya bisa memuaskan lapar intelektual.
Ketika sang pemimpin menghilang begitu saja, semua gajah menjadi kebingungan. Mereka
terdiam tanpa tahu kemana arah yang harus mereka ambil untuk menuju oasis baru.
Bertanya? Kepada siapa? Membaca? Atas buku apa? Manusia beruntung karena bisa
bertanya. Manusia juga beruntung karena bisa membaca buku. Namun dibalik
keuntungan itu, manusia menghadapi resiko besar. Jika bertanya, belum tentu
orang yang ditanya tahu jawabannya. Dan jika membaca textbook, belum tentu textbook itu sejalan dengan realitas hidup. Lewat textbook kita hanya bisa memuaskan lapar intelektual. Namun kita tidak bisa merasakannya dengan hati, kulit, tangan, kaki, keringat, atau air mata. Padahal pengalaman adalah tentang sensasi yang pernah dirasakan oleh sekujur tubuh kita. Jadi, bacalah textbook. Tetapi jangan terlalu cepat puas dengan isinya.
2. Pengalaman tidak bisa didelegasikan.
Banyak orang yang terlalu sering mendelegasikan hal-hal penting kepada orang lain. Lebih parahnya lagi, banyak anak buah yang ‘mendelegasi’ tugas-tugas penting kepada atasannya.
Lho, kok bisa? Ya bisa. Jika ada tugas penting, mereka tidak mengambil
tanggungjawab. Nanti saja kalau sudah ada atasan; ‘itu bukan tanggungjawab saya’.
Atau, ‘gaji saya tidak termasuk mengerjakan tugas itu’. Kalau ada penugasan
penting, sebisa mungkin menghindar saja. Biarkah teman lain yang menanganinya. Padahal,
ada aspek-aspek kritis dalam jabatan dan posisi kita yang harus kita ambil
peluangnya untuk menjadi pengalaman berharga. Sekalipun ada banyak orang dalam
satu level jabatan, tetapi kita selalu bisa menemukan salah satu dari mereka
yang mengungguli kolega lainnya. Keunggulan itu pasti tidak didapatkannya
dengan mendelegasikan kepada orang lain, melainkan dari ‘mengalaminya’ sendiri.
Jadi pupuklah pengalaman sebanyak dan sebaik mungkin. Karena pengalaman tidak bisa didelegasikan.
3. Bayarlah harganya secara penuh.
Anda tidak bisa membeli setengah perangkat pesawat televisi, misalnya. Atau setengah tube pasta gigi. Anda harus membeli ‘1 unit’ dengan harga penuh. Anda yang hanya mau membeli
setengahnya jangan harap bisa mendapatkannya. ‘Take it all, or leave it alone’.
Untuk membeli sebuah pengalaman tidak mesti begitu. Kita boleh membeli ‘sebagiannya’
atau ‘seutuhnya’. Terserah Anda. Jika Anda hanya ingin ‘seperempatnya’ saja
juga boleh. Anda bisa mendapatkannya hanya dengan ‘titel jabatan Anda’ tanpa melakukan
hal-hal bermakna selama menduduki jabatan itu. Makanya ada orang-orang yang
sudah bertahun-tahun menduduki jabatan penting tertentu tetapi kualitas dirinya
tidak mencerminkan tingginya jabatan yang disandangnya. Atau, Anda bisa
membelinya secara penuh. Caranya? Manfaatkanlah jabatan atau posisi apapun Anda
saat ini untuk melakukan tindakan-tindakan yang bernilai tinggi. Baguskan prestasi
Anda. Sempurnakan kualiatas kerja Anda. Maka Anda akan mendapatkan pengalaman
itu seutuhnya. Karena hanya dengan semua hal itu Anda bisa membayar harganya secara penuh.
4. Pengalaman berharga seringkali ada di tempat lain.
Coba perhatikan betapa banyak orang yang hanya melakukan pekerjaan yang sama selama
bertahun-tahun. Bahkan ada yang hingga belasan atau puluhan tahun. Salahkah
itu? Tidak salah jika memang ingin membangun keahlian dibidang itu saja sampai
masa pensiun tiba. Tetapi jika ada perasaan bosan, atau menginginkan hal lain
padahal masih ngendon saja diposisi yang sama; pasti ada yang salah. “Masalahnya
saya tidak diberi kesempatan untuk pindah departemen,” ini adalah alasan klise
yang sering kita dengar. Itukah yang menghalangi kita dari pengalaman berharga
untuk meningkatkan kapasitas diri kita? Tidak. Sejauh yang saya tahu, jika kita
bersedia bekerja extra, memberi lebih banyak waktu, bekerjasama dengan orang
lain, membuka diri dengan penugasan dan pekerjaan baru, mengulurkan tangan
untuk menawarkan bantuan; maka kita punya kesempatan yang sama untuk ‘membeli’ pengalaman itu. Dengan cara itu, kita bisa belajar dan mengembangkan diri lebih cepat dan
lebih luas dibandingkan kolega-kolega kita yang lainnya.
5. Nikmati saat menjalani keadaan yang paling menyulitkan.
Tidak disangka-sangka, pemimpin gajah itu datang lagi. Setelah semua kesulitan yang
dialami oleh semua anggota kelompok, dia datang sama misteriusnya dengan ketika
dia menghilang. Semua anggota kelompok sekarang kembali bersuka cita. Tetapi,
pemimpin gajah itulah yang paling bahagia. Karena sekarang dia memiliki calon
pengganti yang bisa diandalkannya jika suatu saat nanti dia harus benar-benar ‘pergi’.
Tidak disangka, seekor gajah pun memahami makna suksesi. Dia tahu jika pemimpin
pengganti haruslah gajah yang kemampuan memimpinnya sudah teruji. Saat dia tahu
kebanyakan gajah sering bersembunyi dibalik ketiak pemimpinnya, dia pergi sebelum
sampai di oasis yang baru. Dengan cara itulah calon pemimpin berikutnya menunjukkan
kemampuannya dihadapan para gajah lain yang hanya cocok untuk menjadi pengikut
saja. Dalam karir, mungkin Anda menghadapi masa-masa sulit. Bahkan atasan Anda
membiarkan kesulitan itu melumatkan sekujur tubuh dan meremukkan tulang
belulang Anda. Janganlah menyalahkan atasan Anda. Karena boleh jadi,
sesungguhnya Anda sedang diawasi oleh mata yang tidak terlihat. Apakah Anda
berhasil melewati kesulitan itu, atau tidak.
Kita sering keliru mengukur pengalaman dengan ‘berapa lama’ waktu yang dihabiskan
untuk menangani suatu jabatan tertentu. Padahal, waktu sama sekali tidak
berbicara lain selain seberapa banyak kesempatan yang kita sia-siakan, ‘atau’
seberapa banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup yang kita
hadapi. Hanya mereka yang mau bertindak dan menjalani setiap detik dengan baik
sajalah yang mampu menguasai keterampilan dan pengalaman baru dalam waktu singkat.
Jadi jika sekarang Anda sedang manghadapi keperjaan yang sulit atau penugasan
yang rumit, atau tantangan yang berat, nikmati saja. Boleh jadi sekarang kita sedang berada di ‘bursa pengalaman’, dan kita bisa membelinya dengan mengerahkan segenap kemampuan yang kita miliki.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 24 Juli 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Catatan Kaki:
Pengalaman bukanlah soal tahun-tahun yang
kita habiskan untuk berada dalam situasi tertentu, melainkan tentang hikmah, pelajaran,
dan keterampilan apa yang kita peroleh ketika menjalaninya.
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman